STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN BATIK DI KOTA TEGAL
Pada masa sekarang ini batik tumbuh
menjadi sebuah industri yang semakin lama makin berorientasi komersial dan
bukan lagi sekedar seni, budaya, atau kriya. Jadi industri batik sudah banyak
sekali mengalami perkembangan yang sangat pesat didalam industri tekstil, maka
dari itu kita selaku generasi muda yang hidup pada zaman sekarang ini harus
memiliki ide kreatif, inovatif, produktif untuk kemajuan usaha anak bangsa
dimasa yang akan datang.
Sebelum kita membahas lebih dalam lagi,
marilah kita melihat terlebih dahulu sejarah perkembangan batik di Indonesia.
Sejarah bati di Indonesia dimulai dari G.P. Rouffaer, ilmuan Belanda yang
meneliti soal batik mengatakan, teknik ini dibawa pertama kali dari daerah
India Selatan. Kemudia J.L.A Brandes yang mengatakan bahwa sebenarnya sebelum
ada pengaruh India datang ke Indonesia, negara Indonesia telah memiliki 10
unsur kebudayaan asli yaitu, wayang, gamelan, puisi, pengecoran logam mata
uang, pelayaran, ilmu falak, budidaya padi, irigasi, pemerintahan, serta
industri batik itu sendiri. Kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak
zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja
berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik seluruh
rakyat Indonesia dan khususnya suku jawa ialah setelah akhir abad ke- XVIII
atau awal abad ke- XIX. Jadi batik yang dihasilkan pada abad tersebut semuanya
batik tulis, dan baru pada awal abad ke- XX batik cap dikenal yakni setelah
perang dunia kesatu selesai atau sekitar tahun 1920. Jadi pada zaman sekrang
ini industri batik terus berkembang, adapun jenis batik dibagi ke dalam 4 macam
yaitu: batik tulis, batik cap, batik kombinasi, dan batik modren (batik lukis).
Sebagaimana
kita ketahui bahwa, batik sebagai warisan budaya takbenda (intangible cultural heritage), batik Indonesia telah dikukuhkan
sebagai warisan budaya takbenda manusia (intangible
cultural heritage of humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009 oleh UNESCO.
Didalam article 2 piagam UNESCO disebutkan terdapat lima persyaratan domain
untuk sebuah budaya takbenda, yaitu:
1. Oral tradition and expressions,
including language as the vehicle of the intangible cultural heritage
2. Performing arts
3. Social practies, rituals, and festive
events
4. Knowledge and practies concerning
nature and the universe
5. Traditional craftsmanship.
Jadi batik Indonesia telah memenuhi
unsur pertama, ketiga, dan kelima. Dengan begitu didalam arikel ini akan
membahas industri kerajinan usaha batik di kota Tegal. Sebelum kita membahas
lebih dalam industri batik di kota Tegal lebih baiknya kita mengetahui
bagaimana sejarah batik di kota Tegal.
Batik di kota Tegal didominasi
warna coklat dan biru. Ciri khas lain batik Tegal adalah bewarna-warni. Batik
tulis Tegal atau Tegalan itu dapat dikenal dari corak gambar atau motif
regrengan besar atau melebar. Motif ini tak dimiliki daerah lain sehingga
tampak ekslusif. Motifnya banyak mengadaptasi dari aneka flora dan fauna
disekitar kehidupan masyarakat di kota Tegal. Motif Grudo (Garuda) dengan warna
terang yang mempertontonkan bentuk-bentuk sayap burung garuda dan motif
Gribigan dengan bentuk khas anyaman bambu dalam warna agak gelap. Budaya
berpakaian batik di Tegal dibawa Raja Amangkurat I (Sunan Amangkurat Mas) dari
Keraton Kasunanan Surakarta. Amangkurat yang saat itu menyusuri pantai utara
membawa pengikutnya yang diantaranya perajin batik. Adapun aspek studi
kelayakan yang perlu diperhatikan sebagai berikut ini:
a.
Aspek
Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar industri batik Tegalan
kota Tegal memiliki potensi pasar yang cukup menjanjikan. Hal ini ditunjukkan
oleh permintaan masyarakat terhadap hasil kerajinan batik yang terus meningkat.
Jadi permintaan hasil kerajinan batik tegalan ini tidak saja dari masyarakat
kota Tegal itu sendiri, tetapi sudah meluas sampai luar kota Tegal bahkan
hingga luar Jawa, sepeti Kalimantan dan Sumatera.
b.
Aspek
Teknis dan Teknologi
Proses pembuatan batik dapat
dibedakan atas batik tulis, batik cap dan batik kombinasi tulis dan cap. Jadi
yang membedakan adalah alat untuk melekatkan malam. Jadi dalam batik tulis alat
yang digunakan untuk melekatkan malam disebut canting, sementara dalam batik
cap disebut cap. Proses pembuatan batik tulis adalah proses yang membutuhkan
tehnik, ketelitian, dan kesabaran yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh segala
sesuatu proses pembuatannya dikerjakan manual dengan menggunakan tangan
terampil manusia (ditulis) tanpa menggunakan mesin.
c.
Aspek
Manajemen
Aspek manajemen menyangkut hal-hal
yang berkaitan dengan organisasi yang akan melaksanakan usaha, kepemilikan,
struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi, dan team work. Industri batik di kota Tegal sebagian besar masih
tergolong industri rumah tangga, jadi belum ada pembagian secara khusus.
Kegiatan produksi sampai pemasaran masih dilakukan sendiri oleh pemilikn, dan
dalam proses pembuatannya seringkali masih dilakukan sambil lalu. Meskipun
sesekali diserahkan kepada orang lain, jika terdapat pesanan dalam jumlah yang
lebih besar. Dengan demikian dari aspek manajemen tidak terdapat struktur
organisasi, deskripsi dan spesifikasi kerja yang jelas.
d.
Aspek
Hukum
Aspek hukum menjadi salah satu
aspek yang sangat penting agar suatu usaha bisa dilaksanakan dengan aman dan
tenang. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pelaku usaha diantaranya adalah
masalah perijinan (SIUP, TDP, NPWP dan sebagainya), serta regulasi/peraturan
lain yang terkait dengan kegiatan usaha yang dilakukan. Masalah perijinan batik
kota Tegal. Pasalnya dari sebagian besar industri rumah tangga batik di kota
Tegal belum memiliki ijin untuk mendirikan usaha.
e.
Aspek
Lingkungan
Aspek lingkungan berkaitan dengan
munculnya dampak dari suatu usaha yang dijalankan seperti masalah limbah,
polusi, dan gangguan lain yang terkena dampak pelaksanaan usaha. Banyaknya
pengrajin batik dengan tingkat produksi yang relatif masih kecil masih belum
berdampak pada pencemaran lingkungan. Dan rata-rata para pengrajin batik
memanfaatkan pekarangannya untuk membuang limbah batik dengan cara membuat
lubang.
f.
Aspek
Ekonomi dan Sosial
Pelaksanaan suatu usaha juga harus
memperhatikan aspek ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dari pelaksanaan usaha.
Dari sudut pandang ekonomi, apakah pelaksaan usaha akan memberi dampak bagi
peningkatan pendapatan perkapita masyarakat setempat, peningkatan pendapatan
nasional, dan upah tenaga kerja (UMK).
Sedangkan dari aspek sosial, apakah
pelaksanaan usaha bisa mempengaruhi kehidupan masyarakat, keterkaitan dengan masalah
budaya, transportasi, komunikasi, dan sebagainya. Perkembangan batik Tegalan di
kota Tegal memang tidak sepesat batik di Pekalongan, Jogja, Solo dan yang
lainnya. Namun demikian batik Tegalan saat ini telah mengalami perkembangan dan
menuju pada proses kemajuan yang lebih baik.
Menurut data dari Dinas
Perindustrian bahwa pada tahun 2017 di kota Tegal terdapat 197 pengrajin batik
yang tersebar di delapan kelurahan. Jika dibandingkan tahun 2015 jumlah
pengrajin batik di kota Tegal selama dua tahun telah mengalami peningkatan
sebesar 67 pengrajin atau sekitar 51,54%. Jadi tiap tahunnya pengrajin batik
terus berkembang untuk kemajuan batik Tegal yang lebih baik kedepannya.
g.
Aspek
Finansial
Aspek finansial yang di analisis
dalam studi kelayakan ini meliputi Payback
Period (PP), Average Rate of Return (ARR), Net
Present Value (NPV), Internal Rate of
Retrun (IRR) dan Profitability Indexs
(PI).
Dengan demikian dapat kita pahami
bahwa, industri batik Tegalan di kota Tegal masih tergolong industri skala
rumah tangga atau mikro, skala kecil dan skala menengah baik dari sisi
permodalan maupun sisi tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi dan
tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB). Jadi diharapkan lebih banyak lagi
diberikan kepada investor atau calon invetor yang berminat untuk berinvestasi
di bidang batik, dan tujuannya untuk memjukan industri batik di kota Tegal
menjadi lebih baik lagi kedepannya.
Sumber Bacaan:
Siti
Nurhayati
Choliq
Sabana
Kamalina
Din Jannah
Mahirun
Komentar
Posting Komentar