POTENSI PENGEMBANGAN MINYAK NILAM ACEH UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


INTERNATIONAL GRADUATE CONFERENCE (IGC)
In conjunction with
ROUNTABLE FOR INDONESIAN
ENTREPRENEURSHIP EDUCATORS (RIEE)
2018


POTENSI PENGEMBANGAN MINYAK NILAM ACEH UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Sebagaimana kita ketahui bahwa, Aceh merupakan daerah yang sangat banyak sekali Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat diolah menjadi produk yang bernilai jual tinggi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Aceh merupakan salah satu provinsi paling terkaya di Indonesia, karena banyaknya hasil alam yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat khususnya yang tinggal didesa-desa.
Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat kita yang masih hidup dibawah garis kemiskinan, seperti di daerah Aceh Utara masih banyak masyarakat susah didalam keadaan ekonominya karena banyaknya masyarakat yang tidak ada lagi mendapat akses pekerjaan yang baik. Jadi dengan keadaan demikian masyarakat harus melakukan sebuah produktivitas demi untuk dapat mengatasi tingkat kemiskinan yang ada, dengan begitu masyarakat harus bekerja keras dalam hal ini harus membuat sebuah usaha yang mana usahanya tersebut dapat menghasilkan sebuah hasil yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan begitu masyarakat harus membuat sebuah usaha bisnis untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dimasa yang akan datang. Jadi di provinsi Aceh sudah banyak jenis usahan minyak nilam, khususnya di Kab. Aceh Jaya, Aceh. Barat, maupun Kab. Aceh Selatan. Jadi nilam Aceh (Pogostemon Cablin, Benth) salah satu dari sembilan komoditi unggulan Aceh. Nilam Aceh merupakan nilam terbaik dunia yang dapat menghasilkan minyak mentah nilam (Patchouli Oil) dengan kandungan Patchouli Alkohol (PA) di atas 30%. Indonesia merupakan pemasok 90% kebutuhan minyak nilam dunia dan 70% diantaranya pernah berasal dari Aceh.
Namun saat ini industri nilam Aceh mengalami banyak hambatan yang terdistribusi kepada 4 bagian subsistem, yaitu Hulu (upstream off-farm agroindustry), Budidaya (on-farm agroindustry), Hilir (downstream agroindustry) dan Industri Penunjang (supporting industry/institution). Jadi beberapa persoalan mendasar antara lain penyediaan teknologi pembibitan, pupuk dan pestisida. Pola tanam yang berpindah dengan perambahan hutan, penanganan panen dan pasca panen yang rawan kontaminasi. Dengan begitu disini diperlukan sebuah inovasi baru untuk menunjang kegiatan usahan minyak nilam tersebut agar masyarakat menjadi mudah dalam mengelola nilam tersebut dan mendapat hasil yang baik.
Salah satu titik inovasi yang perlu dikembangkan adalah peningkatan produktivitas dan kualitas minyak nilam dengan inovasi pada reaktor penyulingan. Saat ini, dari 2 tipe reaktor yang digunakan oleh masyarakat, reaktor dari drum oli bekas dan reaktor stainless steel, keduanya menghasilkan rendemen minyak yang relatif rendah, berkisar 1-2% dari bahan baku nilam kering (terna) dengan kadar Patchouli Alkohol (PA) rata-rata 28 % dan kandungan pengotor yang tinggi. Kualitas rendah ini menyebabkan harga jual minyak nilam masyarakat menjadi relatif murah. Persoalan utamanya adalah pada desain reaktor (ketel) yang terlalu banyak membuang energi ke lingkungan, sehingga proses penyulingan yang dilakukan tidak efisien. Jadi walaupun dengan sudah ada alat produksi tersebut namun masih membutuhkan inovasi terbaru dalam mengelola minyak nilam.
Jadi barulah dibuat “Inovasi Reaktor Destilasi Uap Hemat Energi Untuk Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Minyak Nilam Aceh”, yang merupakan salah satu subsistem penting bagian hilir dari Sistem Inovasi Industri Nilam Aceh. Inovasi dilakukan terhadap disain reaktor penyulingan dengan menambahkan beberapa removable bucket tray (keranjang berlubang-lubang yang disusun bertingkat dan bisa diangkat-angkat) dengan teknik desain dan penyusunan yang memungkinkan siskulasi uap panas secara lebih merata pada terna kering nilam. Selain itu, inovasi juga dilakukan pada kondenser dan unit pemisah minyak, agar proses air dan minyak nilam dapat terpisah lebih sempurna. Sehingga sejumlah variabel seperti komposisi dan berat bahan baku, penggunaan bahan bakar, temperatur, tekanan dan waktu penyulingan akan dievaluasi efektivitas dan efisiensinya dalam menghasilkan rendemen, kandungan PA, tingkat keasaman dan zat pengotor dalam minyak nilam. Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat membantu masyarakat didalam mengelola bisnis usaha minyak nilam ini.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Aceh merupakan provinsi yang banyak sekali menghasilkan minyak nilam. Jadi dengan banyaknya barang komoditi, khususnya minyak nilam (patchouli oil) khusunya daerah barat selatan seperti Aceh Jaya, Aceh Barat, dan Aceh Selatan. Dengan begitu minyak nilam yang tergolong ke dalam minyak atsiri (essential oil) merupakan komponen penting dalam industri parfumery seperti minyak wangi (parfum), sabun, deodoran dan lain-lain. Minyak wangi yang terbuat dari bahan dasar minyak nilam ini cukup harum dan tahan lama, minyak wangi nilam ini tahan hingga 12 jam dibandingkan dengan minyak wangi biasanya.
 Dengan demikian, minyak nilam merupakan komoditas ekspor non migas paling besar di antara ekspor minyak atsiri di Indonesia. Negara pengimpor minyak nilam Indonesia yaitu Singapura, Jepang, Australia, Amerika Serikat, Malaysia, India dan Hongkong. Dapat kita pahami bahwa patchouli Indonesia khususnya Aceh banyak sekali peminatnya ditingkat pasar internasional. dengan begitu kita harus menjaga potensi ini dan kita lestarikan untuk kemajuan ekonomi masyarakat Aceh dan mendapat keberkahan baik di dunia dan akhirat. 

Sumber Bacaan:
Dr. Syaifullah Muhammad, ST., M. Eng
(Ketua Atsiri Research Center Directur CCIS Unsyiah)

  


Komentar

Postingan populer dari blog ini

NILAI-NILAI DASAR EKONOMI ISLAM

MANAJEMEN KONVENSIONAL VS MANAJEMEN ISLAMI

ISTILAH-ISTILAH INSTRUMEN SUMBER PENERIMAAN KEUANGAN NEGARA DALAM KEUANGAN PUBLIK ISLAM